Lukas 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia
juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Mazmur 18:25-28: Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia,
terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,
terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang
bengkok Engkau berlaku belat-belit. Karena Engkaulah yang
menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan
congkak Kaurendahkan. Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya;
TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku.
Tetap setia merupakan tuntutan dan kewajiban setiap orang. Tetap
setia berarti setia memegang janji, setia terhadap apa yang dikatakan,
dan setia dalam tangung jawab dan peri laku yang baik. Meskipun tuntutan
ini berat tetapi harus dilakukan, meskipun sudah menjadi sifat dasar
manusia untuk selalu ingin bebas, memiliki kebebasan menentukan pilihan,
kebebasan yang sering justru menjurus kepada ketidaksetiaan.
Adam dan Hawa diciptakan untuk memiliki hubungan yang akrab dengan
Allah. Dalam hubungan yang seperti ini mereka hidup dalam suasana yang
damai, penuh kebahagiaan dan berkecukupan. Semua begitu indah, sampai
suatu saat mereka tergoda untuk keluar dari kesetiaan mereka kepada
Allah. Mereka tergoda untuk tidak setia terhadap janji dan larangan
Allah, dan ingin memiliki sesuatu yang lebih dari apa yang disediakan
bagi mereka. Akibatnya mereka terjerumus dalam ketidaksetiaan, dalam
kebohongan dan saling melempar tanggung jawab.
Ketika Tuhan datang mencari mereka sesudah terjatuh dalam
ketidaksetiaan, mereka bersembunyi, dan ketika Tuhan menemukan mereka
dan bertanya mengapa mereka bersembunyi, mereka malu atas situasi mereka
yang telanjang. Ketika Tuhan bertanya mengapa mereka makan buah
larangan itu, mereka saling menuduh dan melempar tanggung jawab.
Itulah kebiasaan manusia, sulit untuk setia, sulit untuk mengaku ketidaksetiaannya dan menerima tanggung jawab.
Dalam Injil Lukas 16:1-8, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan sebagai
contoh lain ketidaksetiaan seorang manajer kepada tuannya yang
mempercayakan bisnis kepadanya. Ada seorang kaya yang mempunyai seorang
bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu
menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata
kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan
jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai
bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku
perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul
aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku
perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara,
ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil
seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang
pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus
tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu,
duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab
orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat
hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu
memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan
cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari
pada anak-anak terang.
Ya, seringkali untuk menutupi ketidaksetiaan kita kepada orang lain,
kepada Tuhan, kepada isteri, kepada orang tua, kita berbohong. Dari
satu kebohongan kita teruskan dengan kebohongan berikutnya, sampai suatu
saat kita hidup penuh dengan kebohongan-kebohongan.
Dalam Mazmur 18:25-28, Daud yang adalah seorang raja besar
mengungkapkan pengakuannya akan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan yang
akan berdampak pada berkat-berkat Tuhan dalam kehidupannya.
Menurut Daud, terhadap orang yang setia Tuhan akan berlaku setia,
terhadap orang yang tidak bercela Tuhan juga akan berlaku tidak bercela,
terhadap orang yang suci Tuhan berlaku suci, tetapi terhadap orang
yang bengkok Tuhan akan berlaku belat-belit.
Tuhan menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak direndahkanNya.
Daud memuliakan Tuhan, karena Dialah yang membuat pelitanya
(hidupnya) bercahaya, Tuhan menyinari hidupnya dengan penuh kesuksesan
dan menolongnya dari musuh-musuhnya.
Kesetiaan adalah kunci suatu persahabatan, suatu hubungan yang
harmonis. Ketika salah satu pihak menjadi tidak setia, maka tidak ada
alasan untuk meminta pihak lain tetap setia. Begitu juga dengan Tuhan,
ketika kita tidak setia kepadaNya, maka tak ada alasan, tak ada tanggung
jawab Tuhan untuk menolong kita. Tanpa kesetiaan, kita tidak terhitung
dalam kasih dan anugerah Tuhan.
Tuhan Yesus, melalui perumpamaan bendahara yang tak jujur ini,
meminta kita untuk selalu menjaga kesetiaan kita, baik dalam hal-hal
yang kecil maupun besar. Ketika kita setia, maka Tuhan akan tetap setia
melindungi kita, tetap setia menolong kita dan tetap setia mencurahkan
berkatnya dalam kehidupan kita. Tuhan menolong anda.